Ap.umsida.ac.id – Program Keluarga Harapan (PKH) dirancang untuk membantu masyarakat miskin di Indonesia dengan memberikan bantuan tunai bersyarat yang berfokus pada pendidikan dan kesehatan. Namun, penelitian Isnaini Rodiyah mengungkapkan bahwa rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat menjadi salah satu hambatan signifikan dalam implementasi PKH di Desa Gemurung.
Rendahnya kesadaran ini tak hanya berdampak pada efektivitas program, tetapi juga menciptakan fenomena budaya “memiskinkan diri sendiri” di masyarakat.
Masalah Kesadaran: Tantangan Sosialisasi
Salah satu tujuan utama PKH adalah memastikan bahwa bantuan digunakan untuk meningkatkan pendidikan anak dan akses kesehatan keluarga. Namun, kenyataannya, sebagian masyarakat masih menganggap bantuan ini sebagai “rezeki tambahan” yang dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti membeli barang konsumtif atau tabungan pribadi. Fenomena ini menunjukkan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap esensi program.
Sosialisasi yang dilakukan oleh pendamping PKH sering kali belum optimal. Informasi tentang penggunaan dana bantuan tidak tersampaikan secara merata, terutama kepada penerima manfaat yang berusia lanjut atau yang memiliki keterbatasan akses informasi. Dalam wawancara, seorang pendamping mengungkapkan bahwa keterbatasan fasilitas seperti alat peraga dan ruang sosialisasi menjadi kendala besar dalam memastikan masyarakat memahami tujuan PKH secara menyeluruh.
Baca juga: Tantangan dan Solusi dalam Implementasi PLAVON Dukcapil di Kabupaten Sidoarjo
Budaya Memiskinkan Diri: Penyimpangan dalam Partisipasi
Penelitian juga menyoroti adanya budaya “memiskinkan diri sendiri,” yaitu fenomena di mana masyarakat cenderung memalsukan kondisi mereka agar tetap terdaftar sebagai penerima manfaat PKH. Beberapa warga menghindari pelaporan kondisi ekonomi yang membaik karena takut kehilangan bantuan. Akibatnya, sistem PKH tidak dapat memprioritaskan mereka yang benar-benar membutuhkan, sehingga tujuan program menjadi terhambat.
Fenomena ini juga dipicu oleh kurangnya mekanisme monitoring yang efektif. Pendamping PKH di Desa Gemurung jarang melakukan kunjungan rumah karena kendala geografis dan logistik. Sebagai gantinya, monitoring hanya dilakukan di balai desa melalui pertemuan kelompok, yang sering kali tidak dihadiri secara penuh oleh penerima manfaat.
Strategi Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan strategis yang melibatkan edukasi intensif, monitoring yang lebih efektif, dan evaluasi berbasis partisipasi.
- Edukasi Intensif dan Berkelanjutan
Pemerintah desa bersama pendamping PKH perlu mengadopsi metode edukasi yang kreatif dan berkelanjutan. Pelatihan interaktif, video edukasi, dan kegiatan berbasis komunitas dapat membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang tujuan PKH. Selain itu, penyediaan fasilitas pendukung seperti alat peraga, LCD, dan modul edukasi dapat meningkatkan kualitas sosialisasi. - Monitoring Rutin dan Tepat Sasaran
Monitoring harus dilakukan secara rutin dan menyeluruh untuk memastikan bahwa bantuan digunakan sesuai dengan komponen yang ditetapkan. Kunjungan rumah oleh pendamping dapat menjadi salah satu solusi untuk memantau kondisi langsung penerima manfaat. Teknologi juga dapat dimanfaatkan, seperti aplikasi berbasis digital yang memungkinkan pendamping melaporkan hasil monitoring secara real-time. - Penguatan Evaluasi Berbasis Partisipasi
Evaluasi program tidak hanya dilakukan oleh pendamping, tetapi juga melibatkan masyarakat sebagai peserta aktif. Musyawarah desa dapat digunakan sebagai forum untuk mengevaluasi penerima manfaat yang sudah tidak memenuhi kriteria. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan transparansi, tetapi juga mendorong kesadaran kolektif dalam menjaga keberlanjutan program.
Membangun Kesadaran: Langkah Menuju Keberhasilan
Kesadaran dan partisipasi masyarakat adalah fondasi utama keberhasilan PKH. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang pentingnya program ini, tujuan jangka panjang PKH untuk mengentaskan kemiskinan akan sulit tercapai. Pemerintah dan pendamping harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana masyarakat tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga mitra aktif dalam pelaksanaan program.
Lihat juga: Digitalisasi dalam Kebijakan Publik: Pelatihan Analisis untuk Meningkatkan Efektivitas Pemerintahan
Sebagai kesimpulan, peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat di Desa Gemurung membutuhkan usaha kolaboratif antara pemerintah, pendamping, dan masyarakat itu sendiri. Dengan edukasi yang berkelanjutan, monitoring yang efektif, dan evaluasi yang transparan, tantangan ini dapat diatasi, sehingga PKH benar-benar menjadi solusi strategis dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah