Ap.umsida.ac.id – Angka pengangguran di Indonesia kembali meningkat, menjadi perhatian utama pemerintah dan para pakar. Menteri Ketenagakerjaan RI, Yassierli, dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR menyampaikan bahwa pada tahun 2025, jumlah pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) melonjak hingga 24.036 orang per April 2025, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Meningkatnya Pengangguran Jadi Tantangan Serius bagi Ekonomi Nasional
Data Badan Pusat Statistik melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pun menunjukkan kenaikan jumlah pengangguran menjadi 7,28 juta orang pada Februari 2025.
Meskipun tingkat pengangguran terbuka (TPT) sedikit menurun menjadi 4,76%, lonjakan pengangguran laki-laki dan total pengangguran yang meningkat tetap menjadi persoalan serius.
Dosen Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Isna Fitria Agustina SSos MSi, menyatakan bahwa kondisi ini memerlukan perhatian serius.

Menurutnya, “Dalam kondisi ekonomi yang efisien sekalipun, akan selalu ada tingkat pengangguran ‘alami’ yang tidak bisa dihilangkan, namun tingginya angka pengangguran saat ini memerlukan penanganan yang lebih terfokus dan strategis,”
Isna juga menjelaskan bahwa pemutusan hubungan kerja banyak disebabkan oleh kerugian perusahaan, yang terjadi akibat berbagai faktor, mulai dari kebijakan yang tidak mendukung hingga masalah manajemen dan efisiensi tenaga kerja.
Empat Pilar Pemberdayaan Masyarakat untuk Mengurangi Pengangguran
Untuk menanggulangi masalah pengangguran, Isna Fitria mengemukakan empat program pemberdayaan masyarakat yang sangat penting.
Pertama adalah pelatihan keterampilan berbasis komunitas. Program ini melibatkan pelatihan vokasi dan pendidikan yang diarahkan untuk memperkuat keterampilan masyarakat, terutama pemuda dan perempuan di desa.

“Misalnya, sekolah perempuan di desa yang memberikan pelatihan ekonomi dan kewirausahaan, serta pelatihan teknis di bidang pertanian bagi pemuda untuk mendorong mereka menjadi wirausahawan mandiri,” ujar Isna.
Kedua, pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi fokus utama. Pemerintah diharapkan meningkatkan kapasitas UMKM melalui pelatihan, akses modal, dan pendampingan yang tepat.
Salah satu program yang sudah berjalan adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memberikan dukungan finansial untuk pengembangan usaha kecil.
Ketiga, pemberdayaan perempuan sebagai motor penggerak ekonomi keluarga juga sangat penting. Isna mencontohkan program ‘Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah’ di Sidoarjo yang berhasil memberdayakan perempuan agar lebih mandiri secara ekonomi.
“Memberikan pelatihan keterampilan dan dukungan kepada perempuan akan berdampak langsung pada peningkatan pendapatan keluarga dan pertumbuhan ekonomi lokal,” katanya.
Terakhir, Isna menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam menciptakan peluang kerja.
Kolaborasi ini dapat berupa penyediaan pelatihan, akses pasar, dan modal usaha secara bersama-sama. Ia mencontohkan kerja sama sukses antara Dinas Pangan dan Pertanian dengan organisasi ‘Aisyiyah’ di Sidoarjo yang memberikan alat dan media hidroponik kepada kelompok masyarakat sasaran.
Menurutnya, “Sinergi ini adalah kunci untuk menciptakan lapangan kerja berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum,”
Baca juga: Kesetaraan Gender dalam Islam: Menelusuri Makna dalam 7 Ayat Al-Qur’an
Siapkan SDM Adaptif untuk Revolusi Industri 5.0
Selain pemberdayaan masyarakat, persiapan sumber daya manusia (SDM) yang adaptif menjadi hal yang tidak kalah penting.
Isna menyoroti perlunya kerja sama erat antara pemerintah, perguruan tinggi, dan industri untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan era Revolusi Industri 5.0.
“Kolaborasi ini meliputi riset bersama, pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan industri, program magang, dan penempatan kerja yang efektif,” jelasnya.
Selain keterampilan teknis, Isna menekankan pengembangan soft skills seperti komunikasi, kerja sama tim, dan kemampuan manajemen konflik yang menjadi kunci sukses di lingkungan kerja yang semakin kompleks dan teknologi tinggi.
“Perusahaan harus mendorong karyawan untuk berinovasi, memberikan penghargaan atas ide kreatif, dan menyediakan platform agar ide-ide baru dapat berkembang,” tambahnya.
Isna menutup dengan optimisme bahwa melalui pemberdayaan yang tepat dan persiapan SDM yang matang, Indonesia dapat mengurangi angka pengangguran dan menciptakan masyarakat yang lebih mandiri dan sejahtera.
“Pemberdayaan masyarakat bukan hanya soal mengatasi pengangguran, tapi juga membangun fondasi ekonomi yang kuat dan berkelanjutan,” tutupnya.
Dengan langkah strategis dan kolaborasi yang kuat, Indonesia memiliki peluang besar untuk menurunkan angka pengangguran secara signifikan.
Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan SDM yang adaptif menjadi kunci utama menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Diharapkan, upaya ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh.
Penulis: Romadhona. S
Penyunting: Indah Nurul Ainiyah